Berusaha menjadi ikhlas

Dalam kehidupan seorang muslim, ikhlas menjadi salah satu pondasi utama dalam menjalankan amalan. Tidak hanya sebagai bentuk ketaatan kepada Allah, tetapi juga sebagai cara untuk memperkuat hubungan antara hamba dengan Tuhan-Nya. Ikhlas adalah pengabdian yang dilakukan tanpa mengharapkan pujian atau imbalan dari manusia, melainkan hanya untuk meraih ridho-Nya. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang arti ikhlas, pentingnya dalam beramal, serta bagaimana menumbuhkan sikap ikhlas dalam kehidupan sehari-hari.
Ikhlas tidak hanya sekadar niat, tetapi juga tindakan yang dijalani dengan kesadaran bahwa semua perbuatan itu dilakukan hanya untuk Allah. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya amal itu tergantung dari niatnya. Dan setiap orang akan memperoleh apa yang dia niatkan.” (HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907). Dari hadits ini, kita bisa memahami bahwa niat yang benar dan ikhlas adalah syarat utama diterimanya suatu amalan. Tanpa ikhlas, amalan bisa jadi sia-sia, bahkan bisa menyebabkan dosa jika dilakukan dengan maksud yang tidak benar.
Dalam kitab Al Fawa'id, Ibnul Qayyim menyampaikan nasehat yang sangat indah tentang ikhlas. Ia menyebutkan bahwa amalan yang dilakukan tanpa disertai ikhlas dan tanpa mengikuti tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bagaikan seorang musafir yang membawa bekal berisi pasir. Bekal tersebut hanya memberatkan, namun tidak membawa manfaat apa-apa. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya ikhlas dalam menjalankan amal, karena tanpa ikhlas, amalan tidak akan bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.
Pengertian Ikhlas Menurut Para Ulama
Para ulama telah menjelaskan makna ikhlas dengan berbagai pendekatan, tetapi intinya tetap sama. Salah satu definisi yang sering digunakan adalah bahwa ikhlas adalah menjadikan niat hanya untuk Allah dalam melakukan amalan ketaatan. Amalan ketaatan tersebut dilakukan dalam rangka mendekatkan diri pada Allah, bukan untuk mencari pujian atau keuntungan dari makhluk.
Abul Qosim Al Qusyairi menyatakan bahwa ikhlas adalah membersihkan amalan dari komentar manusia. Artinya, seseorang yang ikhlas tidak perlu khawatir atau mengharapkan pujian dari orang lain. Cukuplah Allah saja yang memuji amalan kebajikan kita. Dan seharusnya yang dicari adalah ridho Allah, bukan komentar dan pujian manusia.
Hudzaifah Al Mar’asiy mengatakan bahwa ikhlas adalah kesamaan perbuatan seorang hamba antara zhohir (lahiriyah) dan batin. Berkebalikan dengan riya’. Riya’ adalah amalan zhohir (yang tampak) lebih baik dari amalan batin yang tidak ditampakkan. Sedangkan ikhlas, minimalnya adalah sama antara lahiriyah dan batin.
Dzun Nuun menyebutkan tiga tanda ikhlas: 1. Tetap merasa sama antara pujian dan celaan orang lain. 2. Melupakan amalan kebajikan yang dulu pernah diperbuat. 3. Mengharap balasan dari amalan di akhirat (dan bukan di dunia).
Al Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan bahwa meninggalkan amalan karena manusia adalah riya’. Beramal karena manusia termasuk kesyirikan. Sedangkan ikhlas adalah engkau terselamatkan dari dua hal tadi.
Pentingnya Ikhlas dalam Kehidupan Sehari-hari
Ikhlas bukan hanya terbatas pada ibadah formal seperti shalat, puasa, atau zakat, tetapi juga mencakup segala aspek kehidupan. Dari cara berpakaian, pergaulan, sampai tindakan dalam berdakwah. Setiap tindakan harus dilakukan dengan niat yang benar dan ikhlas, agar bisa menjadi amal yang bernilai di sisi Allah.
Contohnya, dalam berdakwah, seorang muslim harus menghindari perbuatan yang hanya bertujuan untuk menarik perhatian orang lain. Jika seseorang berdakwah hanya untuk mendapatkan penghargaan atau pujian, maka amalannya tidak akan diterima oleh Allah. Sebaliknya, jika ia berdakwah dengan ikhlas, maka ia akan mendapatkan pahala yang besar, meskipun tidak ada yang mengetahui.
Selain itu, dalam hubungan sosial, ikhlas juga sangat penting. Misalnya, ketika seseorang memberi bantuan kepada orang lain, ia harus melakukannya tanpa mengharapkan balasan. Jika ia mengharapkan sesuatu dari orang yang dibantu, maka amalannya tidak lagi ikhlas dan bisa menjadi dosa.
Tanda-Tanda Ikhlas yang Harus Dikenali
Ada beberapa tanda yang menunjukkan bahwa seseorang sudah memiliki sikap ikhlas. Pertama, seseorang yang ikhlas tidak merasa bangga atau sombong atas amalannya. Ia tidak perlu membanggakan diri karena amalannya, karena ia tahu bahwa semua itu adalah anugerah dari Allah. Kedua, ia tidak mudah terpengaruh oleh pujian atau celaan orang lain. Ketiga, ia selalu mengharapkan balasan dari Allah di akhirat, bukan dari dunia.
Dalam kitab At Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an, An Nawawi menyebutkan empat definisi dari ikhlas: 1. Meniatkan suatu amalan hanya untuk Allah. 2. Tidak mengharap-harap pujian manusia dalam beramal. 3. Kesamaan antara sesuatu yang tampak dan yang tersembunyi. 4. Mengharap balasan dari amalannya di akhirat.
Jika seseorang sudah mampu memenuhi keempat hal ini, maka ia bisa dikatakan memiliki sikap ikhlas yang sempurna.
Bagaimana Cara Membangun Sikap Ikhlas?
Membangun sikap ikhlas membutuhkan usaha dan kesadaran yang tinggi. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan memperbanyak dzikir dan doa. Dengan dzikir, seseorang akan lebih sadar bahwa semua perbuatan yang dilakukannya adalah untuk Allah. Selain itu, membaca kitab-kitab agama yang membahas tentang ikhlas juga bisa membantu seseorang memahami lebih dalam tentang makna ikhlas.
Selain itu, seseorang juga perlu menghindari perbuatan yang bisa mengurangi sikap ikhlas, seperti riya’, takabbur, dan hasad. Jika seseorang terjebak dalam perbuatan-perbuatan tersebut, maka sikap ikhlasnya akan semakin terkikis. Oleh karena itu, penting bagi setiap muslim untuk senantiasa menjaga hati dan niatnya agar tetap ikhlas.
Akibat dari Tidak Ikhlas
Tidak ikhlas bisa menyebabkan berbagai dampak negatif, baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Dalam dunia, seseorang yang tidak ikhlas cenderung merasa tidak puas dengan amalannya, karena ia mengharapkan pujian atau imbalan dari orang lain. Di akhirat, amalan yang tidak ikhlas bisa jadi tidak diterima oleh Allah, sehingga orang tersebut tidak mendapatkan pahala.
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Allah akan menolong umat ini karena sebab orang miskin, karena do’a orang miskin tersebut, karena shalat mereka dan karena keikhlasan mereka dalam beramal.” (HR. An Nasa-i no. 3178). Dari hadits ini, kita bisa memahami bahwa keikhlasan adalah salah satu faktor penting dalam mendapatkan pertolongan dari Allah.
Penutup
Ikhlas adalah kunci dari segala amalan yang diterima oleh Allah. Dengan ikhlas, seseorang bisa menjalani kehidupan dengan penuh keyakinan dan kepuasan. Ikhlas juga menjadi bentuk pengabdian yang tulus dan murni, tanpa mengharapkan imbalan dari siapa pun. Oleh karena itu, setiap muslim harus berusaha untuk menumbuhkan sikap ikhlas dalam dirinya, baik dalam ibadah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Semoga Allah memberikan kemudahan kepada kita semua untuk menjalani kehidupan dengan ikhlas dan penuh taqwa.
