Ringkasan Panduan Haji 8 Kesalahan Terkait Haji

Haji rituals in Mecca with pilgrims wearing ihram

Haji adalah salah satu rukun Islam yang paling penting dan mewajibkan setiap Muslim yang mampu untuk melakukan perjalanan ke Makkah. Ritual haji melibatkan berbagai amalan yang harus dilakukan dengan benar agar dapat diterima oleh Allah SWT. Namun, banyak jamaah haji yang mengalami kesalahan dalam menjalankan ritual-ritual tersebut. Kesalahan ini bisa terjadi karena kurangnya pemahaman atau pengalaman. Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa kesalahan umum yang sering terjadi selama proses haji serta penjelasan lengkap tentang bagaimana seharusnya ritual-ritual tersebut dilakukan.

Kesalahan dalam ihram sering kali menjadi masalah utama bagi jamaah haji. Salah satu kesalahan yang sering terjadi adalah melewati miqat tanpa berihram. Miqat adalah batas wilayah di mana seseorang harus memasuki keadaan ihram. Jika seseorang melewati miqat tanpa berihram, maka ia wajib menunaikan dam sebagai ganti dari kesalahan tersebut. Selain itu, ada juga yang percaya bahwa ihram hanya bisa dilakukan jika sudah mengenakan kain ihram, padahal sesungguhnya ihram dimulai dari niat dalam hati.

Kesalahan lain yang sering terjadi adalah ketika wanita dalam keadaan haidh atau nifas tetap ingin berihram. Padahal, wanita dalam kondisi ini boleh berihram dan melakukan manasik haji lainnya, kecuali thawaf. Setelah ia suci, baru ia dapat melakukan thawaf tanpa harus keluar menuju Tan’im atau miqot lagi.

Dalam hal thawaf, banyak jamaah yang melakukan kesalahan seperti membaca doa khusus pada setiap putaran atau membacanya secara berjamaah. Ini tidak diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Selain itu, ada yang melakukan thawaf di dalam Hijr Isma’il, padahal thawaf harus dilakukan di luar Ka’bah. Ada juga yang melakukan roml (mengelilingi) pada semua putaran, padahal roml hanya ada pada tiga putaran pertama dan hanya dalam thawaf qudum dan thawaf umrah.

Selain itu, ada kesalahan dalam mencium hajar Aswad. Banyak orang saling mendorong dan desak-desakan ketika mencium hajar Aswad, padahal ini bukanlah syarat thawaf. Cukup disentuh atau dicium saja. Beberapa orang juga mengira bahwa mereka harus mencium semua pojok atau rukun Ka’bah, padahal hanya hajar Aswad dan rukun Yamani yang diperintahkan untuk dicium atau disentuh.

Kesalahan dalam sa’i juga sering terjadi. Ada yang percaya bahwa sa’i tidak sempurna sampai naik ke puncak bukit Shafa atau Marwah, padahal cukup naik ke bukitnya saja sudah dibolehkan. Ada juga yang melakukan sa’i sebanyak 14 kali putaran, padahal jalan dari Shafa ke Marwah disebut satu putaran dan jalan dari Marwah ke Shafa adalah putaran kedua. Dan sa’i akan berakhir di Marwah.

Selain itu, ada yang melakukan sa’i sambil bertakbir seperti ketika shalat, padahal yang disunnahkan adalah berdoa dengan memuji Allah dan bertakbir sambil menghadap kiblat. Shalat dua raka’at setelah sa’i juga tidak diajarkan dalam Islam. Tetap melanjutkan sa’i ketika shalat ditegakkan juga merupakan kesalahan, karena seharusnya yang dilakukan adalah melaksanakan shalat jama’ah terlebih dahulu.

Di Arafah, banyak jamaah haji yang tidak memperhatikan batasan daerah Arafah sehingga wukuf di luar Arafah. Jika seseorang keluar dari Arafah sebelum matahari tenggelam, maka ia harus menunaikan dam karena tidak melakukan yang wajib. Ada juga yang berdesak-desakkan menaiki bukit di Arafah yang disebut Jabal Rahmah dan menganggap wukuf di sana lebih afdhol. Padahal, tidak demikian. Menghadap Jabal Rahmah ketika berdo’a juga tidak sesuai sunnah, karena yang sesuai adalah menghadap kiblat.

Kesalahan di Muzdalifah juga sering terjadi. Misalnya, mengumpulkan batu untuk melempar jumroh sebelum melaksanakan shalat Maghrib dan Isya’. Padahal mengumpulkan batu boleh dilakukan ketika perjalanan dari Muzdalifah ke Mina. Ada juga yang keluar dari Muzdalifah sebelum pertengahan malam, padahal yang diberi keringanan keluar dari Muzdalifah adalah orang-orang yang lemah dan itu hanya dibolehkan keluar setelah pertengahan malam.

Kesalahan dalam melempar jumroh juga sering terjadi. Banyak jamaah saling berdesak-desakkan, padahal saat ini lempar jumroh akan semakin mudah karena bisa dilakukan dari lantai dua atau tiga. Melempar jumroh sekaligus dengan tujuh batu juga merupakan kesalahan, karena seharusnya melempar jumroh sebanyak tujuh kali, setiap kali lemparan membaca takbir “Allahu akbar”.

Di Mina, ada kesalahan dalam melakukan thawaf wada’. Banyak jamaah yang melakukan thawaf wada’ dahulu lalu melempar jumrah, kemudian meninggalkan Makkah. Padahal seharusnya thawaf wada’ menjadi amalan terakhir manasik haji. Ada juga yang percaya bahwa yang dimaksud barangsiapa yang terburu-buru maka hanya dua hari yang ia ambil untuk melempar jumrah, padahal itu keliru.

Kesalahan dalam thawaf wada’ juga sering terjadi. Setelah melakukan thawaf wada’, ada yang masih berlama-lama di Makkah bahkan satu atau dua hari. Padahal thawaf wada’ adalah akhir amalan dan tidak terlalu lama dari meninggalkan Makkah kecuali jika ada uzur seperti diharuskan menunggu teman. Berjalan mundur dari Ka’bah ketika selesai melaksanakan thawaf wada’ juga termasuk bid’ah.

Untuk memastikan bahwa ritual haji dilakukan dengan benar, para jamaah haji harus memperhatikan setiap langkah dan mengikuti petunjuk yang diberikan oleh kitab-kitab fiqh dan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW. Banyak referensi yang bisa digunakan, seperti Al Hajj Al Muyassar, Al Majmu’, dan Al Minhaj li Muriidil Hajj wal ‘Umroh. Selain itu, para jamaah haji juga bisa merujuk pada situs-situs resmi seperti Mawqi’ Islam Web dan Mawqi’ Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan akurat.

Dengan memahami kesalahan-kesalahan yang sering terjadi selama proses haji, para jamaah haji dapat lebih waspada dan menjalankan ritual-ritual tersebut dengan benar. Hal ini akan memastikan bahwa haji yang dilakukan dapat diterima oleh Allah SWT dan memberikan manfaat yang maksimal bagi kehidupan spiritual dan sosial para jamaah haji.

Next Post Previous Post