Rizki Diperluas dan Dikurangi - Rumaysho.Com
Dalam kehidupan seorang muslim, rizki menjadi salah satu hal yang sangat penting dan sering menjadi perhatian. Rizki tidak hanya terbatas pada harta atau uang, tetapi juga mencakup berbagai bentuk nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Dalam Al Quran, Allah memberikan penjelasan tentang bagaimana manusia merespons ketika rizkinya dilapangkan atau disempitkan. Ayat-ayat ini mengajarkan kita untuk selalu bersyukur dan sabar dalam menghadapi segala kondisi hidup.
Ayat 15-16 dari Surah Al-Fajr menyebutkan bahwa ketika manusia diberi nikmat dan kemuliaan, mereka cenderung mengatakan bahwa Allah telah memuliakannya. Namun, ketika rizkinya disempitkan, mereka justru merasa bahwa Allah menghinakannya. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya cara kita merespons rizki yang diberikan oleh Tuhan. Kita harus selalu ingat bahwa semua yang kita terima adalah ujian dari Allah, baik dalam bentuk kelapangan maupun kesempitan.
Menurut tafsir para ulama seperti Ath Thobari dan Ibnu Katsir, ayat ini menjelaskan bahwa rizki yang diberikan oleh Allah bukanlah semata-mata untuk kepuasan duniawi, tetapi juga sebagai ujian bagi manusia. Jika seseorang menerima rizki yang melimpah, ia harus bersyukur dan menggunakan nikmat tersebut untuk kebaikan. Sebaliknya, jika rizki disempitkan, ia harus bersabar dan tetap percaya bahwa Allah memiliki rencana yang terbaik bagi hamba-Nya.
Pengertian Rizki dalam Perspektif Islam
Rizki dalam Islam tidak hanya berarti harta atau uang, tetapi mencakup berbagai bentuk nikmat yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Nikmat-nikmat ini bisa berupa kesehatan, waktu luang, keluarga, pendidikan, dan bahkan iman serta taqwa. Semua ini merupakan bentuk dari rizki yang diberikan oleh Allah SWT. Oleh karena itu, setiap muslim harus senantiasa bersyukur atas semua nikmat yang diterimanya, baik dalam kondisi lapang maupun sempit.
Ketika rizki dilapangkan, manusia cenderung merasa puas dan bangga. Namun, jika rizki disempitkan, mereka justru merasa kecewa dan sedih. Hal ini menunjukkan bahwa manusia sering kali lupa bahwa semua yang diterima adalah ujian dari Allah. Dalam hadis, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, "Janganlah kamu mengira bahwa apa yang diberikan oleh Allah kepada manusia adalah sesuatu yang akan membawa kebahagiaan di dunia saja, tetapi juga akan menjadi ujian bagi diri sendiri." [1]
Perbedaan antara Mukmin dan Kafir dalam Menghadapi Rizki
Dalam surah Al-Fajr ayat 15-16, Allah menggambarkan sifat orang-orang kafir yang merasa bahwa rizki yang diberikan oleh Allah adalah tanda kebesaran dan kemuliaan. Mereka menganggap bahwa jumlah harta dan kekayaan yang dimiliki adalah tanda bahwa Allah menyukai mereka. Namun, dalam pandangan orang mukmin, rizki yang diberikan oleh Allah adalah ujian untuk menguji ketaatan dan kesabaran mereka. Orang mukmin akan bersyukur atas segala nikmat yang diterimanya, baik dalam kondisi lapang maupun sempit.
Al Qurthubi menjelaskan bahwa sifat yang disebutkan dalam ayat ini adalah sifat orang kafir yang tidak beriman pada hari berbangkit. Mereka menganggap bahwa kemuliaan adalah sesuatu yang terlihat dari banyaknya harta dan kekayaan. Sebaliknya, orang mukmin menganggap bahwa kemuliaan adalah ketika seseorang dapat menggunakan segala nikmat yang diberikan oleh Allah untuk tujuan akhirat. [2]
Syukuri dan Bersabar dalam Segala Kondisi
Allah SWT memberikan rizki kepada manusia dalam berbagai bentuk dan ukuran. Tidak semua manusia mendapatkan rizki yang sama, tetapi setiap orang memiliki ujian yang berbeda-beda. Ketika rizki dilapangkan, manusia diuji apakah mereka mampu bersyukur dan tidak sombong. Sedangkan ketika rizki disempitkan, manusia diuji apakah mereka mampu bersabar dan tetap percaya pada rencana Allah.
Kita harus belajar untuk tidak merasa iri dengan rizki orang lain. Setiap orang memiliki takdir yang berbeda, dan Allah SWT mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Oleh karena itu, kita harus senantiasa bersyukur atas apa yang diterima dan tidak mudah putus asa ketika menghadapi kesulitan. Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah SWT tidak akan menguji hamba-Nya melebihi kemampuan mereka." [3]
Tips untuk Menjaga Kehidupan yang Tenang dan Bahagia
Untuk menjaga kehidupan yang tenang dan bahagia, kita perlu belajar untuk bersyukur dan bersabar dalam segala kondisi. Berikut beberapa tips yang bisa diterapkan:
- Bersyukur atas segala nikmat: Selalu ingat bahwa semua yang kita miliki adalah karunia dari Allah. Bersyukur adalah cara untuk merasa puas dan tidak mudah tergoda oleh keinginan duniawi.
- Mencari kebahagiaan dalam iman: Keberhasilan sejati tidak hanya terletak pada kekayaan atau kedudukan, tetapi juga pada ketaatan kepada Allah dan pengabdian dalam ibadah.
- Menjaga hubungan dengan sesama: Kehidupan yang tenang juga bisa didapat melalui hubungan yang harmonis dengan orang-orang di sekitar kita. Saling mengingatkan dan saling mendukung adalah cara untuk menciptakan lingkungan yang positif.
- Membaca dan memahami Al Quran: Al Quran adalah sumber petunjuk dan ilmu yang bermanfaat. Dengan memahami isi Al Quran, kita akan lebih paham bagaimana cara menghadapi rizki dan ujian dalam hidup.
Kesimpulan
Rizki adalah anugerah dari Allah SWT yang diberikan kepada manusia dalam berbagai bentuk dan ukuran. Dalam Al Quran, Allah memberikan penjelasan tentang bagaimana manusia merespons rizki yang diberikan. Ayat-ayat ini mengajarkan kita untuk selalu bersyukur dan sabar dalam menghadapi segala kondisi hidup. Dengan memahami makna rizki dalam perspektif Islam, kita bisa menjalani kehidupan yang lebih tenang dan bahagia.
Semoga kita semua bisa menjadi hamba yang senantiasa bersyukur dan sabar dalam segala keadaan. Dengan begitu, kita akan mendapatkan kebahagiaan yang sejati dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Amin.
Referensi: 1. Hadis Riwayat Bukhari 2. Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir 3. Hadis Riwayat Muslim