Laporan Pesantren di Desa Miskin Gunung Kidul
Di tengah perjalanan ke desa-desa terpencil di Indonesia, terdapat kisah-kisah luar biasa yang menggambarkan semangat masyarakat untuk mengejar pendidikan dan kehidupan yang lebih baik. Salah satunya adalah Dusun Warak, sebuah dusun miskin di Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Meski berada di daerah pegunungan dengan kondisi tanah yang kering dan sulit menampung air, masyarakat Dusun Warak tidak pernah berhenti berusaha untuk memperbaiki nasib mereka. Salah satu upaya besar yang dilakukan adalah pembangunan Pesantren Darush Sholihin, sebuah lembaga pendidikan yang bertujuan untuk memberdayakan generasi muda melalui pengajaran agama dan keterampilan wirausaha.
Dusun Warak memiliki karakteristik unik yang menjadikannya menjadi lokasi ideal untuk pendirian pesantren. Sebagian besar penduduknya memeluk agama Islam, namun pemahaman tentang ajaran Islam masih rendah. Banyak dari mereka hanya memahami Islam secara formal, tanpa memahami makna mendalam dari ajaran agama tersebut. Di samping itu, tingkat pendidikan masyarakat juga sangat rendah, dengan rata-rata lulusan hanya sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kondisi ini membuat kebutuhan akan pendidikan yang lebih baik semakin mendesak.
Untuk menjawab tantangan ini, Muhammad Abduh Tuasikal, seorang pengasuh website islami dan penulis banyak artikel edukatif, memimpin inisiatif pembangunan Pesantren Darush Sholihin. Pesantren ini dirancang sebagai pusat pendidikan yang tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga memberikan pelatihan keterampilan wirausaha kepada santri. Dengan demikian, pesantren ini tidak hanya membantu meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi juga memberikan kesempatan bagi santri untuk meraih penghidupan yang layak.
Latar Belakang Pembangunan Pesantren Darush Sholihin
Pembangunan Pesantren Darush Sholihin didorong oleh beberapa faktor utama. Pertama, kurangnya pemahaman agama yang benar di kalangan masyarakat Dusun Warak. Banyak dari mereka masih terjebak dalam tradisi syirik dan ajaran nenek moyang yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Kedua, minimnya kaderisasi da’i atau pemimpin agama di wilayah tersebut. Tanpa adanya para da’i yang berkualitas, penyebaran ajaran Islam menjadi sangat lambat.
Ketiga, kondisi ekonomi masyarakat yang masih rendah. Banyak keluarga di Dusun Warak hidup di bawah garis kemiskinan, sehingga anak-anak sering kali tidak bisa melanjutkan pendidikan setelah sekolah dasar. Keempat, kebutuhan akan pendidikan yang lebih luas, termasuk pengembangan keterampilan wirausaha agar santri dapat mandiri secara ekonomi.
Dengan mempertimbangkan semua faktor tersebut, Pesantren Darush Sholihin dirancang sebagai lembaga pendidikan yang berbasis pengajaran agama dan keterampilan bisnis. Pesantren ini juga diharapkan menjadi tempat untuk mengembangkan kader-kader Muslim yang kuat dan tangguh, serta siap berkontribusi bagi masyarakat.
Struktur dan Program Pendidikan Pesantren Darush Sholihin
Pesantren Darush Sholihin memiliki struktur pendidikan yang terdiri dari beberapa kelas berdasarkan tingkat kemampuan santri. Kelas A ditujukan bagi santri yang baru belajar membaca Al-Qur’an, sedangkan Kelas B mengajarkan dasar-dasar Islam dan membaca Al-Qur’an. Kelas C dan D lebih fokus pada penguasaan Al-Qur’an, ajaran Islam lanjutan, serta persiapan menjadi mubaligh.
Selain itu, pesantren ini juga menyediakan program keterampilan wirausaha bagi santri kelas D. Santri diberi pelatihan mengenai pengelolaan usaha, seperti pengolahan singkong menjadi kripik, produksi pakaian muslim, dan pemasaran produk online. Hal ini bertujuan untuk memberikan keterampilan praktis yang bisa digunakan santri setelah lulus.
Waktu belajar di pesantren ini dilaksanakan di sore hari, mulai pukul 16.00 hingga 19.00 WIB. Selama bulan Ramadhan, waktu belajar disesuaikan menjadi pukul 15.00 hingga 17.00 WIB. Pesantren ini tidak menyediakan asrama, karena target santri adalah warga sekitar yang tidak membutuhkan penginapan.
Anggaran dan Penggalangan Dana
Pembangunan Pesantren Darush Sholihin memerlukan dana sebesar Rp280 juta. Dana ini dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain:
- Pendirian talut: Rp20 juta
- Pendirian bangunan dua lantai: Rp200 juta
- Penyediaan sarana belajar mengajar: Rp10 juta
- Penyediaan sarana wirausaha: Rp50 juta
Untuk mengumpulkan dana, pesantren menerima donasi melalui beberapa rekening bank, seperti BCA, BNI Syariah, Bank Syariah Mandiri, dan BRI. Donatur dapat melakukan konfirmasi melalui SMS atau BBM dengan menyertakan informasi lengkap mengenai donasi yang diberikan.
Menurut hadis Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, "Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh" (HR. Muslim no. 1631). Dengan demikian, donasi untuk pembangunan pesantren merupakan bentuk amal jariyah yang sangat berharga.
Rencana Pengembangan Pesantren
Sejak awal pendirian, Pesantren Darush Sholihin telah berhasil menarik banyak dukungan dari masyarakat luas. Hingga tanggal 23 November 2012, total pemasukan donasi mencapai Rp497.046.708,-. Donasi ini datang dari berbagai kalangan, termasuk individu dan organisasi yang peduli terhadap pendidikan dan pengembangan masyarakat.
Rencana pengembangan pesantren meliputi peningkatan kualitas fasilitas belajar, penambahan kelas, dan pengembangan program wirausaha. Pesantren juga berencana untuk memperluas cakupan layanan, termasuk pelatihan keterampilan digital dan pemasaran online.
Peran dan Tanggung Jawab Pimpinan Pesantren
Pimpinan pesantren, Muhammad Abduh Tuasikal, memiliki latar belakang yang kuat dalam bidang pendidikan dan dakwah. Ia adalah pengasuh website islami seperti rumaysho.com dan muslim.or.id. Selain itu, ia juga menjadi penasehat di Majalah Pengusaha Muslim dan beberapa tulisan beliau sempat dimuat di majalah-majalah Islami seperti Majalah Al Furqon dan Majalah Fatawa.
Saat ini, beliau sedang melanjutkan studi S2 Magister Polymer Engineering di Jami’ah Malik Su’ud Riyadh KSA. Di samping itu, beliau rutin menghadiri majelis beberapa ulama di Riyadh, seperti Syaikh Sholeh bin Fauzan bin ‘Abdillah Al Fauzan dan Syaikh Sa’ad Asy Syatsriy.
Kesimpulan
Pesantren Darush Sholihin adalah contoh nyata dari semangat masyarakat untuk membangun masa depan yang lebih baik melalui pendidikan dan pengembangan diri. Dengan kombinasi pengajaran agama dan keterampilan wirausaha, pesantren ini tidak hanya membantu meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi juga memberikan kesempatan bagi santri untuk meraih penghidupan yang layak.
Inisiatif seperti ini sangat penting untuk diketahui dan didukung oleh seluruh masyarakat, terutama yang peduli terhadap pendidikan dan pengembangan masyarakat. Dengan dukungan yang cukup, Pesantren Darush Sholihin akan menjadi salah satu pusat pendidikan yang berkontribusi besar dalam membangun generasi Muslim yang kuat, berilmu, dan berakhlak.